pontianaknews.web.id Sebuah peristiwa memilukan kembali terjadi di Pontianak. Seorang balita yang belum genap dua tahun meninggal setelah diduga mengalami kekerasan dari pacar sang ibu. Pelaku yang berinisial MD kini sudah diamankan oleh pihak kepolisian dan menjalani pemeriksaan intensif untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Pontianak menerima laporan dari ibu korban dan langsung turun melakukan penyelidikan. Balita tersebut disebut sering menangis pada malam hari, dan kondisi itu memicu kemarahan pelaku hingga mendorong tindak kekerasan yang berujung fatal.

Rumah yang Tidak Lagi Menjadi Ruang Aman

Tragedi ini terjadi di sebuah kamar kos sederhana, tempat korban tinggal bersama ibunya. Ruangan sempit jauh dari pengawasan tetangga membuat kekerasan yang terjadi tidak terdeteksi sejak awal. Ketika anak berusia sangat muda seperti MEA menangis, itu merupakan satu-satunya cara ia menyampaikan rasa tidak nyaman. Namun alih-alih mendapat perhatian, ia justru menjadi sasaran kemarahan.

Situasi tersebut menggambarkan fakta bahwa bahaya bagi anak sering kali datang dari lingkup orang terdekat, bukan dari luar. Tempat tinggal yang seharusnya menjadi perlindungan justru berubah menjadi lokasi terjadinya kejahatan.

Penegakan Hukum yang Tidak Bisa Ditawar

Polisi menegaskan proses hukum akan dijalankan secara maksimal. Tindakan kekerasan terhadap anak merupakan pelanggaran serius yang harus mendapatkan sanksi setimpal. Negara wajib hadir membela hak hidup setiap anak serta memberikan keadilan bagi mereka yang tidak mampu bersuara, terutama ketika tindak kekerasan tersebut merenggut nyawa.

Kepolisian juga mengingatkan bahwa siapa pun yang mengetahui tanda bahaya terkait keselamatan seorang anak berkewajiban melapor. Intervensi cepat dapat menyelamatkan hidup.

Tantangan Sosial di Balik Kekerasan Anak

Kasus seperti ini membuka mata tentang realita sosial keluarga di lapisan masyarakat yang rentan. Faktor tekanan ekonomi, hubungan tidak sehat, serta lingkungan hidup yang tidak ideal kerap membuat orang tua salah mengambil keputusan terkait pengasuhan.

Namun apa pun alasannya, kekerasan terhadap anak tidak pernah bisa dibenarkan. Anak tidak punya pilihan dan tidak mampu melawan. Oleh karena itu, masyarakat harus bertindak lebih cepat sebelum keadaan berubah menjadi tragedi.

Kesadaran Publik Sangat Diperlukan

Perlindungan anak bukan hanya tanggung jawab keluarga inti. Tetangga, teman kerja, pemilik kos, serta siapa pun yang berada di sekitar harus peka terhadap tanda-tanda kekerasan. Bekas luka mencurigakan, teriakan, atau tangis yang terlalu sering patut menjadi alarm dan dilaporkan ke pihak terkait.

Tindakan kecil seperti bertanya kabar atau melaporkan ke lembaga perlindungan dapat menyelamatkan masa depan seorang anak. Sikap peduli dan keberanian untuk bertindak adalah bagian penting dalam sistem perlindungan berbasis komunitas.

Pengasuhan Anak Seharusnya Dilakukan dengan Kasih

Mengasuh balita memerlukan kesabaran dan kesiapan mental. Anak seusia MEA belum bisa berbicara atau menjelaskan keinginannya. Menangis adalah bahasa utama mereka. Orang dewasa yang mengasuh harus memahami hal tersebut, bukan melihatnya sebagai gangguan.

Pemerintah bersama lembaga sosial perlu memperbanyak layanan konseling keluarga serta pelatihan pengasuhan yang baik, terutama bagi keluarga tunggal atau keluarga berpenghasilan rendah yang rentan menghadapi tekanan.

Membangun Sistem Perlindungan Anak yang Kuat

Perlindungan anak harus diperkuat dari berbagai sisi:

  • Edukasi orang tua mengenai pengasuhan yang tidak mengutamakan kekerasan
  • Akses cepat ke layanan bantuan ketika anak berada dalam kondisi bahaya
  • Pengawasan lingkungan bagi keluarga rawan
  • Penegakan hukum tegas tanpa kompromi bagi pelaku kekerasan

Langkah-langkah ini membantu mencegah tragedi serupa terulang.

Setiap Anak Berhak Hidup Aman

Tragedi yang menimpa MEA bukan hanya satu kasus kriminal. Ini adalah pengingat keras bahwa perlindungan anak masih memiliki banyak celah yang harus ditutup. Anak adalah aset berharga bangsa yang tidak boleh menjadi korban keegoisan dan emosi orang dewasa.

Semoga proses hukum memberikan keadilan bagi korban dan menjadi pelajaran agar masyarakat lebih waspada. Karena satu kelalaian saja bisa menghilangkan nyawa yang seharusnya masih memiliki masa depan panjang dan penuh harapan.

Cek Juga Artikel Dari Platform kabarsantai.web.id