pontianaknews.web.id – Kasus campak di Kalimantan Barat menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. RSUD Soedarso Pontianak mencatat sebanyak 37 pasien campak dirawat sepanjang Agustus 2025, dan hingga 2 September rumah sakit rujukan utama di Kalbar itu kembali menerima empat pasien baru dengan gejala serupa.
Tren Kasus Masih Meningkat
Dokter Spesialis Anak RSUD Soedarso, dr. Muhammad Budi Nugroho, mengungkapkan bahwa tren kasus masih terus meningkat.
“Baru masuk awal bulan, sudah ada empat pasien campak yang dirawat. Artinya tren peningkatan masih berlangsung,” jelasnya.
Mayoritas pasien campak berasal dari kelompok usia 9 bulan hingga 2 tahun, sementara kasus pada bayi di bawah 9 bulan relatif jarang.
Antisipasi Rumah Sakit
Untuk mengantisipasi lonjakan, RSUD Soedarso menyiapkan ruang isolasi khusus penyakit menular. Kapasitas yang semula hanya empat tempat tidur kini ditambah menjadi enam.
“Kalau tempat tidur tidak cukup, kami buka tambahan ruang isolasi. Saat ini ada enam tempat tidur khusus campak,” kata dr. Budi.
Hampir Semua Pasien Belum Imunisasi
Fenomena pasien campak tanpa imunisasi kembali terulang, mirip kejadian tahun 2002.
“Hampir 90 persen pasien campak tidak pernah diimunisasi. Sisanya sekitar 10 persen sudah diimunisasi tapi tidak lengkap,” ungkap dr. Budi.
Ia menjelaskan bahwa imunisasi campak sebaiknya diberikan tiga kali: pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Anak yang hanya menerima sebagian dosis tetap berisiko tertular.
“Misalnya imunisasi di usia 9 bulan dapat, tapi 18 bulan tidak, akhirnya umur 2–3 tahun kena campak,” tambahnya.
Risiko Komplikasi
Meski sebagian besar pasien dapat sembuh dalam dua minggu, dr. Budi mengingatkan bahwa komplikasi campak bisa berbahaya. Komplikasi yang paling diwaspadai adalah:
- Pneumonia
- Diare berat dan dehidrasi
- Radang otak (ensefalitis)
“Komplikasi ini yang bisa berujung fatal,” tegasnya.
Imbauan Imunisasi
Dr. Budi menegaskan bahwa imunisasi tetap bisa diberikan meski anak pernah melewatkan jadwal. Bahkan anak usia sekolah dasar yang belum pernah diimunisasi dianjurkan untuk tetap divaksin.
“Kalau sudah sembuh dari campak pun, sebulan kemudian bisa diimunisasi lagi. Itu disebut Outbreak Response Immunization,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar tidak terpengaruh isu negatif tentang vaksin.
“Hampir semua pasien campak yang dirawat di sini tidak pernah diimunisasi. Jangan sampai anak-anak jadi korban karena orang tua ragu vaksin,” pungkasnya.
Penutup
Kasus campak yang terus meningkat di Pontianak menjadi alarm bagi pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan orang tua untuk memperkuat imunisasi. Langkah pencegahan melalui vaksinasi dinilai jauh lebih efektif dibandingkan harus menghadapi risiko komplikasi serius akibat campak.
Cek juga artikel terbaru dari lagupopuler.web.id
