๐ Banjir Tahunan Mengancam Kehidupan Masyarakat Adat Kubu Raya
pontianaknews.web.id – Banjir besar yang melanda kawasan Binua Sunge Samak Kampokng Pancaroba, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, pada Januari 2025 menjadi pukulan berat bagi warga.
Ketinggian air yang mencapai lebih dari 1,5 meter membuat aktivitas masyarakat lumpuh total. Rumah-rumah terendam, memaksa banyak keluarga mengungsi dan meninggalkan barang berharga. Jalan utama yang terhubung dengan jalur Trans-Kalimantan terputus, sehingga akses transportasi dan distribusi kebutuhan pokok terhenti.
Selama hampir satu bulan, warga hidup dalam kondisi terbatas. Anak-anak tidak bisa bersekolah karena sekolah ikut terendam, sementara orang tua kehilangan mata pencaharian karena lahan pertanian terendam air. Persediaan pangan menipis, dan banyak keluarga mengalami kerugian besar akibat rusaknya peralatan rumah tangga serta hasil panen.
๐ค Gotong Royong di Tengah Bencana
Di tengah situasi sulit, warga mengandalkan gotong royong. Pemuda kampung bergantian membantu evakuasi barang, menjaga keamanan lingkungan, dan mendirikan tempat tinggal sementara.
Namun, tanpa dukungan infrastruktur dan penanganan yang memadai, banjir besar tersebut meninggalkan trauma mendalam serta rasa khawatir bahwa bencana serupa akan kembali terjadi dengan intensitas lebih parah.
Komunitas Dayak Kanayatn yang bermukim di kawasan tersebut kini menghadapi ancaman nyata perubahan iklim. Banjir yang dahulu dianggap sebagai musibah sesekali, kini menjadi peristiwa tahunan yang melumpuhkan aktivitas warga dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat adat.
๐ Perubahan Iklim dan Kondisi Geografis yang Rentan
Wilayah Binua Sunge Samak Kampokng Pancaroba berada di dataran rendah tanpa perbukitan. Letak geografis ini membuat kawasan tersebut sulit terhindar dari banjir, terutama saat curah hujan ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim terus meningkat.
Dibandingkan dengan 15 hingga 20 tahun lalu, banjir kini terjadi lebih sering dan lebih parah. Gulwadi (54), seorang tetua adat, mengingat jelas banjir pada Januari 2025 yang tingginya melewati kepala orang dewasa.
โKami kesulitan beraktivitas karena air begitu tinggi,โ kata Gulwadi.
Ketua adat Amiang (56) menambahkan, posisi kampung yang berada di jalur Trans-Kalimantan memperburuk keadaan.
โBanjir besar membuat kendaraan mogok dan akses jalan terputus. Warga sulit keluar masuk kampung, sementara bantuan pun tak mudah menjangkau,โ ujarnya.
๐ฑ Dampak Banjir terhadap Ekonomi dan Lingkungan
Banjir tidak hanya merendam rumah, tetapi juga menghantam sumber penghidupan. Florensius Loren (38), pegawai Kesatuan Pengelola Hutan (KPH), menilai berkurangnya tutupan hutan dan degradasi tanah gambut memperburuk situasi.
โAir meluap lebih cepat dan lama surut,โ katanya.
Bagi keluarga kecil, dampak banjir terasa amat berat. Sri Wikensi (42), seorang ibu rumah tangga, menuturkan bahwa banjir berlangsung hampir satu bulan penuh.
โKami kesulitan bekerja, anak-anak tidak bisa sekolah, dan banyak rumah tangga mengalami kerugian besar. Tidak sedikit barang rusak, hasil panen pun gagal,โ ungkapnya.
๐จ Perlu Solusi Berkelanjutan
Peristiwa banjir yang berulang menunjukkan rapuhnya keseimbangan lingkungan di wilayah ini. Masyarakat adat berharap pemerintah dapat memperkuat kebijakan perlindungan hutan dan gambut, yang selama ini menjadi benteng alami terhadap banjir.
Mereka juga mendesak adanya infrastruktur yang lebih baik, termasuk normalisasi sungai dan pembangunan drainase yang memadai. Selain bantuan darurat, diperlukan kebijakan jangka panjang untuk mengurangi risiko bencana yang semakin besar akibat perubahan iklim.
๐ฌ Kesimpulan: Suara Masyarakat Adat untuk Kebijakan Iklim yang Adil
Kisah masyarakat Dayak Kanayatn di Binua Sunge Samak Kampokng Pancaroba adalah cerminan nyata dampak perubahan iklim terhadap komunitas rentan di Indonesia.
Banjir yang kini menjadi bencana tahunan menegaskan pentingnya perlindungan lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan kebijakan adaptasi iklim yang berpihak pada masyarakat adat.
Mereka berharap suara komunitas adat dapat menjadi pertimbangan utama bagi pemerintah dalam merancang langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, demi menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidup generasi mendatang.
Cek juga artikel dari platform terbaru di bengkelpintar.org
