pontianaknews.web.id Di era serba digital, masyarakat semakin bergantung pada teknologi informasi untuk bertransaksi dan berkomunikasi. Namun, kemudahan itu juga membuka peluang bagi pelaku kejahatan siber. Melihat kondisi ini, Aliansi Wartawan Kriminal (AWAK) Pontianak menggelar Diskusi Publik bertema “Waspada Jadi Korban Scamming dan Phishing” sebagai bentuk kepedulian terhadap meningkatnya ancaman penipuan online.
Kegiatan ini menjadi langkah konkret insan pers di Kalimantan Barat dalam meningkatkan kesadaran publik mengenai bahaya kejahatan digital. Menurut Ketua AWAK Pontianak, Dede Iskandar, literasi digital kini bukan lagi kebutuhan tambahan, melainkan keharusan. “Kejahatan digital bukan hanya merugikan secara materi, tetapi juga mengikis rasa aman masyarakat. Edukasi menjadi benteng utama untuk mencegahnya,” ujarnya.
Diskusi publik ini digelar di Aula Rumah Dinas Wakil Wali Kota Pontianak dan rencananya akan dibuka langsung oleh Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan. Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai lembaga, seperti Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalbar, Bank Kalbar, dan Indosat.
Kolaborasi Lintas Sektor Melawan Kejahatan Siber
Dede menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai ruang dialog antara masyarakat, aparat, dan pelaku industri digital. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman publik terhadap ancaman scamming dan phishing yang kini semakin canggih.
Ia menegaskan, bentuk kejahatan digital sudah berkembang jauh melampaui modus lama seperti SMS palsu atau tautan mencurigakan. Kini, pelaku mampu memanipulasi tampilan situs, mengirim email resmi palsu, bahkan menggunakan teknologi deepfake untuk menipu korban.
“Melalui diskusi ini, kami ingin membuka ruang diskusi antara pihak kepolisian, pelaku industri, dan masyarakat agar bersama mencari solusi konkret. Kesadaran kolektif adalah kunci utama melawan kejahatan digital,” ujar Dede.
AWAK juga mendorong agar hasil dari kegiatan ini tidak berhenti pada tataran diskusi semata, tetapi menjadi dasar bagi pembentukan program literasi digital berkelanjutan di Pontianak dan Kalimantan Barat.
Narasumber dari Berbagai Lembaga
Kegiatan ini menghadirkan narasumber yang mewakili berbagai sektor strategis. Dari Polda Kalbar, pejabat Ditreskrimsus akan membahas pola dan tren terbaru dalam kejahatan siber, mulai dari peretasan akun, pencurian data pribadi, hingga penipuan melalui aplikasi keuangan.
Sementara dari Bank Kalbar, perwakilan lembaga perbankan akan menjelaskan bagaimana sistem keamanan digital mereka bekerja untuk melindungi nasabah dari transaksi mencurigakan. Pihak bank juga akan memberikan tips mengenai cara mengenali pesan palsu dan langkah-langkah pengamanan akun.
Sedangkan pihak Indosat akan menyoroti peran operator telekomunikasi dalam melindungi data pelanggan serta mekanisme pelaporan terhadap nomor-nomor yang terindikasi melakukan penipuan.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman masyarakat sekaligus menciptakan jaringan komunikasi yang cepat dalam menangani kasus penipuan digital.
Partisipasi Luas dari Berbagai Kalangan
Diskusi publik ini tidak hanya dihadiri oleh insan pers. Sejumlah organisasi jurnalis, akademisi, mahasiswa, dan lembaga masyarakat juga ikut berpartisipasi. Perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berbagai universitas di Pontianak turut serta, menjadikan kegiatan ini wadah lintas generasi dalam memahami bahaya kejahatan digital.
“Generasi muda adalah pengguna internet paling aktif. Maka penting bagi mereka untuk memahami etika dan keamanan digital sejak dini,” jelas Dede.
Partisipasi mahasiswa dinilai penting karena mereka bisa menjadi agen literasi digital di lingkungan kampus. Selain itu, keterlibatan jurnalis lokal membantu menyebarkan pesan edukasi ke masyarakat secara lebih luas melalui pemberitaan dan media sosial.
Dukungan Pemerintah dan Lembaga Keamanan
Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Pemerintah Kota Pontianak, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan aparat kepolisian. Pemerintah daerah melihat kegiatan ini sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan digital masyarakat.
Polda Kalbar berkomitmen untuk meningkatkan patroli siber dan menindak tegas pelaku kejahatan digital. Mereka juga mendorong masyarakat agar tidak segan melapor jika menjadi korban. “Kejahatan siber sering kali tidak terlaporkan karena korban merasa malu atau tidak tahu cara melapor. Kami ingin mengubah itu,” ujar perwakilan Ditreskrimsus.
Bank Kalbar menambahkan, sebagian besar kasus penipuan dapat dihindari jika nasabah tidak mudah memberikan data pribadi seperti OTP, PIN, atau password. “Keamanan digital dimulai dari kesadaran diri,” kata salah satu narasumber dari sektor perbankan.
Meningkatnya Kasus Scamming di Kalimantan Barat
Data yang dihimpun AWAK menunjukkan, dalam beberapa tahun terakhir, kasus penipuan digital di Kalimantan Barat meningkat signifikan. Modus paling banyak terjadi adalah penipuan transfer uang melalui pesan media sosial dan pemalsuan identitas akun.
Banyak korban kehilangan tabungan atau data pribadi karena tertipu tautan palsu yang seolah-olah berasal dari lembaga resmi. Selain itu, pelaku juga memanfaatkan kecepatan teknologi untuk berpindah platform sebelum aparat berhasil melacak.
Melihat kondisi ini, AWAK berharap hasil diskusi publik dapat dirumuskan menjadi rekomendasi kebijakan untuk memperkuat sistem perlindungan digital, baik di tingkat pemerintah daerah maupun lembaga swasta.
Harapan untuk Literasi Digital yang Lebih Kuat
Melalui kegiatan ini, AWAK Pontianak ingin memperluas kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi digital sebagai perlindungan diri di dunia maya. Dede menegaskan bahwa peran media sangat vital dalam menyebarkan informasi yang benar dan menangkis hoaks.
“Media harus menjadi benteng pertama dalam edukasi masyarakat. Kami ingin wartawan memahami aspek hukum, teknologi, dan sosial dari kejahatan digital,” tuturnya.
Ia berharap diskusi ini menjadi awal dari gerakan kolektif untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan beretika di Pontianak. Dengan sinergi antara pemerintah, lembaga keuangan, industri teknologi, dan masyarakat, ancaman kejahatan siber dapat ditekan secara signifikan.
Kesimpulan
Diskusi publik yang digelar AWAK Pontianak menegaskan pentingnya kerja sama semua pihak dalam menghadapi kejahatan digital. Edukasi dan literasi menjadi benteng utama melawan scamming dan phishing yang terus berkembang.
Dengan dukungan pemerintah dan lembaga keamanan, Pontianak diharapkan menjadi kota yang lebih siaga terhadap ancaman siber dan tangguh secara digital.

Cek Juga Artikel Dari Platform carimobilindonesia.com
