pontianaknews.web.id, Tragedi yang menimpa Diego Zidan Maulana, kader PMII Jakarta Timur, membuka kembali luka lama soal pendekatan aparat dalam mengelola unjuk rasa. Penggunaan peluru karet yang menembus dada seorang mahasiswa menunjukkan bahwa prosedur keamanan di lapangan perlu dievaluasi serius.

Aksi doa bersama yang dilakukan PMII Jakarta Timur di Jalan Kramat Raya bukan sekadar simbol solidaritas. Itu adalah suara kolektif yang menyerukan keadilan dan perubahan.

Seperti disampaikan Fikri Fakhruddin, aksi ini bukan provokasi, melainkan pengingat bahwa aspirasi publik harus didengar, bukan dibungkam. “Kesejahteraan rakyat dan keadilan harus menjadi prioritas. Negara tidak boleh abai,” tegasnya.

Krisis kepercayaan terhadap institusi keamanan semakin kentara pasca serangkaian insiden kekerasan dalam aksi demonstrasi belakangan ini. Tanpa reformasi dan pendekatan yang lebih humanis, jarak antara rakyat dan pemerintah akan semakin melebar.

Doa bersama ini menjadi simbol bahwa perubahan harus dimulai dari keberanian untuk mengakui kesalahan dan berkomitmen pada perbaikan.

Cek juga artikel paling baru dan selalu update setiap harinya cuman ada di ketapangnews.web.id